WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG

Kecamatan Gambiran - Banyuwangi

  • Beranda
  • Berita
  • Profil
    Visi & Misi Mars & Hymne Perpustakaan Informasi Pustawan Sejarah Desa Jajag Bantuan Penggunaan
  • Support
    WebBlog DESA JAJAG FlipBook Perpus Desa PERPUSNAS RI DISPUSIP Kab.Banyuwangi Ebook PERPUSDA Kab.Banyuwangi SLiMS Buku Digital | BUDI Let's Read | Children's Books
  • BMKG
    Kabupaten Kecamatan
  • Layanan
    Katalog Desa Jajag APK SSD Hosting Unlimited Operator
  • Login Area
    Admin Anggota Daftar Online Chat Admin Pengunjung
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}

Program TPBIS Jadikan Perpustakaan sebagai Pusat Pengetahuan


Untuk mencapai target peningkatan literasi masyarakat, diperlukan peningkatan kualitas fasilitas layanan perpustakaan, seperti transformasi perpustakaan sebagai ruang publik terbuka juga diperlukan, sehingga dapat menggeser mindset lama tentang perpustakaan.

 Salah satunya melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), yang sudah berjalan selama empat tahun.

Kini mampu menjadikan perpustakaan sebagai pusat pengetahuan, wahana belajar, melahirkan inovasi dan kreativitas masyarakat. Bahkan mendorong pemulihan ekonomi pasca Pandemi Covid-19.

Kepala Perpustakaan NasionalPerpusna, Muhammad Syarif Bando mengatakan jika program TPBIS ini menyasar masyarakat yang termarjinalkan, seperti masyarakat di daerah kumuh, masyarakat di daerah miskin, petani kecil, petambak kecil, buruh, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sampai ibu-ibu rumah tangga.

"Melalui program ini, masyarakat diberi pelatihan untuk meningkatkan skill melalui buku-buku terapan yang ada di perpustakaan," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (13/4/2023).

Kepala Perpusnas melanjutkan, tujuan TPBIS diluncurkan adalah untuk menyelesaikan masalah diawali dari akar rumput. Sebab, ciri-ciri negara maju salah satunya mampu memberikan solusi dari permasalahan di tingkat paling bawah.

"Ini tidak relevan melekat pada siapapun yang berposisi sebagai penyelenggara negara. Jadi, memang harus inklusif. Jika dahulu perpustakaan tradisional hanya mengumpulkan buku, dan menunggu masyarakat membaca, namun kini sudah berubah," terangnya.

Abad ke-18 perpustakaan menjadi simbol bagi para bangsawan, dan penguasa. Maka perpustakaan di era modern bagaimana caranya bisa menjangkau masyarakat. Paling fundamental adalah tentang bagaimana menumbuhkan budaya baca. "Jangan mengajak membaca kepada orang yang sedang lapar. Tapi, harus punya strategi bagaimana untuk melirik buku yang ada solusi jalan keluar dari masalah ekonomi, khususnya saat pandemi," tutur Syarif.

Syarif melanjutkan, dalam pelaksanaan program TPBIS ini, pihaknya tidak pernah memandu masyarakat untuk memilih keahlian tertentu. Perpustakaan justru menyesuaikan dengan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki sesuai dengan potensi yang ada.

"Kami akan berkontribusi untuk mengoptimalkan dengan seluruh kemampuan untuk memfasilitasi sumber informasi yang relevan,” ucapnya.

Adapun mekanisme TPBIS, sambung Syarif, Perpusnas membuka ruang kepada pemerintah daerah mulai dari rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kepala desa/lurah hingga ke kepala daerah.

TPBIS yang dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurahan dinilai efektif dan manfaatnya dirasakan masyarakat. TPBIS merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.

"Pesan Bung Karno yakni berdiri di atas kaki sendiri, diawali dari imajinasi dengan membaca buku (terapan)," ujar Kepala Perpusnas.

Menurut Syarif, pelatihan dan peningkatan skill untuk masyarakat termarjinalkan ini sangat penting. Sebab, mereka selama ini miskin karena empat hal.

Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan yang kurang.

Kedua, inovasi dan kreativitas yang minim.

Ketiga, akses terhadap permodalan yang kurang.

Keempat adalah kultur masyarakat yang lebih banyak bertutur dibanding membaca.

Adapun sejak 2018, program TPBIS telah melaksanakan pendampingan ke 34 provinsi. Selama hampir lima tahun berjalan, program TPBIS telah menyentuh lebih dari dua juta penerima manfaat, dari target awal sebanyak 100 ribu orang.

Hal ini menunjukkan animo masyarakat yang besar, dan sudah banyak masyarakat yang merasakan manfaat positif program ini dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.

Apalagi, TPBIS mampu menjadi penyelamat bagi jutaan orang yang mengikutim program ini di saat masa Pandemi Covid-19.

Telah banyak orang yang beralih profesi, bahkan meningkatkan skill mereka, dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. Perpusnas RI telah menargetkan mininal satu juta content creator dari seluruh Indonesia.

"Jadi kami tidak menciptakan aplikasi khusus, tapi fokus membangun jaringan. Kami juga akan mengajak seluruh stakeholder, khususnya pemerintah agar berbagi. Sehingga program TPBIS bukan hanya menjangkau 1.000 hingga 2.000 orang saja," tutur dia.

"Tapi bisa lebih dari itu. Untuk biaya hampir nggak ada, karena belajar dilakukan dari rumah. Tapi bagaimana melihat potensi yang dikembangkan pasar. Kami juga menggalang kerjasama dengan sejumlah startup agar memberikan pelatihan jika ingin masuk pasar online," tambah dia.

Program TPBIS pun disambut antusias oleh Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan. Dia mendukung, dan mengapresiasi program terobosan Perpusnas, yang menurutnya melebihi tugas serta tanggung jawab yang semestinya.

Perpusnas langsung jemput bola dan programnya memang kena betul ke masyarakat.

"Sudah berjalan sejak 2018, ini perlu adjustment sana sini, dan komitmen besar pemerintah," ajak Putra Nababan.

Politisi dari daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta ini menyebut, hadirnya Perpusnas bukan hanya mengajarkan teknis saja, tapi bagaimana mengembangkan diri sesuai dengan minat, dan bakat.

"Banyak hal ditawarkan kalau sudah masuk buku, daya imajuinasi kemudian berkembang juga," tukas Putra.

Penulis : Dian Ihsan
Editor : Dian Ihsan

Source: https://www.kompas.com/edu/read/2023/04/13/151900971/program-tpbis-jadikan-perpustakaan-sebagai-pusat-pengetahuan?page=all

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6

WIDYA PUSTAKA DESA JAJAG
Perpustakaan Desa Jajag, Gambiran, Banyuwangi
  • FlipBook Perpustakaan Desa
  • PERPUSDA Kab.Banyuwangi
  • DISPUSIP Kab.Banyuwangi
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Visitor Statistics

    Hari Ini : 1 Minggu Terakhir : 1 Bulan Terakhir : Total :

Jam Pelayanan

Senin - Jum'at
08.00 - 15.00
Sabtu - Minggu
Pelayanan Libur

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek

DONASI KONTRIBUSI

© 2025 — Redeveloped & Design by CITRA RINGKAS | Creative Studio Banyuwangi
Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Kemana ingin Anda bagikan?